Minggu, 08 Mei 2016



Rotan irit (Calamus trachycoleus) adalah rotan berkualitas baik untuk membuat lampit (tikar). Di Indonesia, rotan irit dikenal dengan nama-nama seperti rotan irit (Melayu Banjar), uwèï irit (Dayak Ngaju), dan jahap (Kutai).
Hasil gambar untuk gambar rotan irit

Rotan irit adalah rotan yang masih berkerabat dengan keluarga palem dengan tinggi 30 meter, dan hidup berumpun. Bagian pangkalbatang dapat membentuk tunas baru yang melata di atas tanah; bagian ini dikenal dengan selantar. Rotan irit, menurut Odoardo Beccariberbadan bungkuk dan berwarna merah karat pada duri-duri kecilnya dan berbentuk segitiga memanjang. Daunnya berbentuk sirip, terdiri atas 14 pasang anak daun yang tersusun dalam 2-3 kelompok. Anak-anak daun berbentuk lanset memanjang. Jumlah anak daun dalam setiap daun tidaklah banyak; berjumlah sekitar 15 pasang saja. Bagian atas berwanra hijau, baik bagian atas maupun bawah. Bagian atas daun berwarna agak mengkilap, sedangkan bagian bawahnya kusam. Anak-anak daun ini berukuran:30-35 × 28–32 cm. Yang jelas, daun dari rotan irit agak lebar. Perbungaan berbentuk malai, panjangnya 1,5 m. Perbungaan jantan dan betina terletak pada berlainan pohon. Bunga-bunganya tersusun dalam bentuk bulir. Buahnya oval-melonjong, jelas-jelas kelihatan berbengkok, berukuran 11–13 mm lebarnya, panjangnya 8 mm, dan berukuran agak lebar dan berwarna kekuning-kuningan. Ujung buah berwarna coklat-kemerahan dan beralur. Bijinya memanjang, oval, dan tepi-tepinya membulat.


Hasil gambar untuk gambar rotan irit

Rotan irit hidup endemik di Kalimantan. Tumbuhan ini bertumbuh di pinggir sungai dan rawa-rawa pada ketinggian 0-15 mdpl. Sebagai penghasil rotan, tumbuhan ini cukup dikenal masyarakat. Odoardo Beccari mengatakan bahwa koleksi rotan irit di Museum Ekonomik Botani Kebun Raya Bogor rupa-rupanya didapati dari Kalimantan TengahHindia Belanda (sekarang Indonesia). Rotan ini didapati di tepian sungai bertebing yang digenangi air selama 6 bulan; sebagian badannya merambat di tepi sungai dan sebagiannya lagi di dalam air, dan di saat banjir tumbuhan ini bisa bertahan, tidak mati.

Rotan irit memiliki pasaran yang bagus sekali untuk bahan baku lampit (tikar), macam-macam keranjang dan anyam-anyaman lainnya. Menurut Heyne, kualitas rotan irit lebih baik ketimbang rotan sega (Calamus caesius Bl.). Karena mudah dibengkokkan seperti simpul, ia bisa dibuat untuk anyaman dengan cepat. Oleh sebab itulah, rotan irit juga ditanam masyarakat. Terutama di Kalimantan Selatan. Namun, rotan irit memiliki kekurangan dibandingkan dengan rotan sega: agak lunak dan kurang kuat. Namun, warnanya indah. Jenis ini secara keseluruhan pendek dan bisa diikat seperti simpul berupa cincin berwarna merah yang berukuran kecil asal mengikuti alur batang. Di Banjarmasin, ia biasanya dicampur dengan rotan sega (dikenal juga dengan sebutan rotan taman) sebelum digunakan. Rotan irit juga dipergunakan untuk memperbaiki kesuburan tanah setelah ditebang, juga menjadi pendapatan bagi orang Dayak yang menanam rotan ini. Musim berbuah rotan irit terjadi pada Oktober-November.


Hasil gambar untuk gambar tikar dari rotan
Hasil gambar untuk gambar tikar dari rotan


Tumbuhan ini dibudidayakan di tepi sungai BaritoKalimantan Selatan dan Kuala KapuasKalimantan Tengah. Di sana, tumbuhan ini dibudidayakan dengan luas ribuah hektar. Dipanen apabial sudah berusia 7-10 tahun. Dipanen dengan jarak 2 tahun setelah panenan yang pertama. Selanjutnya, rumpun rotan irit tidak lagi menghasilkan rotan lagi. Kalaupun ada, jumlahnya tidak berarti. Budidaya rotan irit hanya dilakukan secara tradisional. Belum ada usaha secara terencana untuk mempertinggi produksi dan mutu rotan ini hingga tahun 80-an.
Dalam menanam rotan irit, ia perlu pohon rambatan/peneduh, misalnya SyzygiumMallotus muticus, dan Diospyros sp. Namun, Mallotus muticus dianggap lebih penting dari ketiga tumbuhan di atas. Adapun yang menjadi masalah, penanaman rotan irit ini masih menggunakan metode tebang dan bakar. Sehingga, ini bisa mengurangi kesuburan tanah. Hendaknya, penanaman rotan irit ini dijadikan subjek dalam pengembangan.
Cara Budidaya Padi – Sebagai negara agraris masyarakat Indonesia harus belajar cara budidaya tanaman padi yang baik dan benar. Karena sebagian besar masyarakat Indonesia mengkonsumsi nasi sebagai makanan pokok. Kandungan karbohidrat yang tinggi dan rasa yang enak membuat beras dipilih sebagai salah satu makanan favorit bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu kebutuhan beras di Indonesia sangat besar sekali, sehingga pemerintah sampai mengimpor beras dari luar negeri untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Sebagai negara agraris Indonesia seharusnya bisa menghasilkan beras sendiri dari budidaya tanaman padi yang bisa tumbuh subuh di Indonesia. Maka dari itu peluang untuk membudidayakan padi sangat menjanjikan, apalagi dengan pertumbuhan penduduk yang sangat pesat pasti akan berpengaruh terhadap permintaan beras.
Biasanya banyak orang dari pedesaan memilih untuk merantau ke kota besar untuk menjadi kuli daripada membudidayakan tanaman padi. Bertanam padi hanya dijadikan pekerjaan sampingan, hal inilah yang menyebabkan hasil panen yang mereka dapatkan tidak maksimal. Padahal bila mereka serius hasil dari bertani sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8 Metode dalam Budidaya Tanaman Padi

Untuk mendapatkan hasil padi yang berkualitas Anda harus mengetahui cara budidaya padi yang baik dan benar. Hal pertama yang harus Anda miliki adalah kesungguhan untuk membudidayakan tanaman ini, dengan mendedikasikan tenaga dan pikiran Anda 100 % untuk membudidayakan tanaman ini maka Anda akan mendapatkan hasil panen yang melimpah.
Agar hasil budidaya tanaman padi melimpah Anda bisa mempelajari caranya. Berikut adalah langkah-langkah yang harus Anda ikuti.

Pengolahan Tanah untuk Tanaman Padi

Membajak Lahan Untuk di Tanami Padi
Langkah pertama sebelum menanam padi adalah membersihkan lahan yang akan ditanami. Bersihkan berbagai tanaman gulma seperti rerumputan, semak belukar serta hal lain yang mungkin akan mengganggu perkembangan tanaman padi. Menyiapkan media tanam yang baik untuk tanaman akan mendorong pertumbuhan dengan baik.
Setelah lahan bersih dari tanaman liar langkah selanjutnya adalah memberikan aliran air pada lahan. Proses ini bertujuan untuk menggemburkan tanah agar mudah untuk dibajak dengan menggunakan alat tradisional ataupun modern.
Setelah lahan tanam menjadi gembur, genangi lahan tersebut dengan air sampai mencapai ketinggian 5-10 cm. Cara mengatur ketinggian air bisa dengan cara membuka dan menutup akses keluar masunya air pada pintu irigasi. Diamkan lahan tersebut selama 2 minggu agar racun pada tanah menjadi netral dan juga kondisi tanah menjadi berlumpur.

Memilih Bibit Padi yang Unggul dan Berkualitas

Agar hasil panen padi bisa melimpah tentu selain lahan tanam yang baik Anda memerlukan bibit padi yang unggul. Untuk mengetahui bibit padi yang baik Anda bisa mengetahuinya dengan cara berikut.
  1. Rendam beberapa benih padi yang akan ditanam dengan air selama kurang lebih 2 jam.
  2. Letakan benih yang sudah direndam di atas ain yang sudah dibasahi dengan air. Kemudian hitung berapa benih padi yang telah direndam tad, ada berapa yang bisa mengeluarkan kecambah. Bila yang keluar kecambah sampai 90 % itu artinya benih padi tersebut memiliki kualitas yang baik.

Menyemai Benih Padi di Lahan

Setelah memiliki benih padi yang baik, langkah selanjutnya adalah menyemai benih tersebut pada lahan tanam. Untuk menyemai benih padi Anda bisa melakukanny dengan mengikuti beberapa langkah berikut.
  1. Rendam benih padi yang akan disemai selama sehari semalam, tiriskan dan biarkan selama 2 hari sampai benih tersebut mengeluarkan kecambah.
  2. Siapkan lahan untuk menyemai benih padi sekitar 500 m2 untuk 1 hektar lahan sawah. Usahakan lahan yang digunakan untuk menyemai padi tetap berair dan berlumpur.
  3. Berikan pupuk Urea ditambah TSP masing-masing 10 gr untuk 1 m2 lahan persemaian.
  4. Tanam bibit padi yang sudah berkecambah tadi di lahan persemaian yang telah disiapkan. Cara menanam benih padi adalah dengan menyebar bibit secara merata pada lahan penyemaian.

Cara Menanam Padi

Cara Menanam Padi
   Cara Menanam Padi
Tahap selanjutnya adalah menanam bibit yang telah disemai ke dalam lahan persawahan yang sudah dipersiapkan. Cara menanam padi adalah dengan memindahkan bibit persemaian ke dalam lahan persawahan. Berikut adalah langkah-langkahnya.
  • Salah satu ciri bibit padi yang sudah siap tanam adalah memiliki daun dua sampai tiga helai dan telah berusia kurang lebih 2 minggu.
  • Cara menanam bibit padi tersebut bisa dilakukan dengan cara tunggal maupun ganda. Untuk satu lubang bisa diisi satu atau dua tanaman padi.
  • Proses penanaman bibit padi yang baik adalah dengan membuat lahan tergenang dengan air sedangkan kedalaman penanaman bibit sekitar 1-1,5 cm. Tidak terlalu dalam serta posisikan akar seperti membentuk huruf (L), hal ini dilakukan agar agar bisa tumbuh dengan sempurna.

Penyiangan Lahan

Agar padi yang ditanam bisa tumbuh dengan sempurna Anda perlu merawatnya dengan membersihkan tanaman lain yang mengganggu atau biasa disebut dengan tanaman gulma. Penyangan tanaman gulam bisa dilakukan saat masa tanam padi menginjak umur 3 minggu dan selanjutnya bisa dilakukan penyiangan rutin setiap 3 minggu sekali. Penyiangan yang baik bisa dilakukan dengan cara manual yaitu dengan mencabut gulma dengan menggunakan tangan.

Memberikan Pupuk pada Tanaman Padi

Memberikan Pupuk untuk Padi
   Memberikan Pupuk untuk Padi
Memberikan pupuk merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan. Karena tanpa adanya pupuk yang baik tanaman padi akan sulit utuk tumbuh dengan sempurna dan tentu saja hasil panen tidak bisa maksimal. Berikut adalah takaran serta cara memberikan pupuk yang baik untuk budidaya tanaman padi.
  • Untuk pemupukan pertama bisa Anda lakukan saat padi telah berusia 7-15 hari setelah ditanam. Anda bisa menggunakan jenis pupuk Urea dan TSP yang dicampur dengan dosis sekitar 100:50 Kg/ha atau bisa disesuakan dengan kondisi tanaman.
  • Untuk pemberian pupuk pada tahap dua bisa dilakukan saat tanaman padi telah berumur 25-30 hari. Gunakanlah pupuk jenis Urea 50 Kg/ha serta Phonska 100 Kg/ha.
  • Proses pemumukan terakhir bisa dilakukan saat tanaman berumur 40-45 hari. Anda bisa menggunakan pupuk jenis Urea yang dicampur dengan Za dengan perbandingan 50 : 50 Kg/ha.

Melindungi Tanaman Padi dari Hama

Setiap tanaman budidaya tidak lepas dari gangguan hama yang merusak tanaman oleh karena itu Anda harus mencegahnya. Biasanya ada beberapa hama yang mengganggu budidaya tanaman padi diantarnya tikus, orang-orang, belalang, lembing, wereng hingga walang sangit. Untuk hasil maksimal pengendalian hama sebaiknya dilakukan dengan cara alami yaitu dengan memelihara hewan pemangsa sehingga dapat menghambat perkembangan hama tersebut.
Oleh sebab itu jangan membasmi ular yang ada di sekitar sawah Anda, karena hewan tersebutlah yang bisa menjadi predator untuk hama tikus yang sering merusak tanaman padi. Keuntungan pengendalian hama secara alami adalah terjaganya lingkungan dan cukup aman untuk kelangsungan ekosistem alam. Tetapi bila penyakit atau hama tidak belum bisa diatasi dengan cara tersebut, maka Anda bisa menggunakan petisida untuk mengendalikan hama.

Memanen Tanaman Padi

Memanen Tanaman Padi yang Telah Menguning
  Memanen Tanaman Padi yang Telah Menguning
Inilah saat yang paling ditunggu oleh para petani yaitu masa panen tanaman padi. Tanda tanaman padi telah siap untuk dipanen adalah warna butiran bijinya sudah mulai menguning, ranting buahnya sudah mulai menunduk karena terisi dengan beras. Proses pemanenan padi bisa dilakukan dengan cara tradisonal yaitu menggunakan sabit atau dengan cara modern yang menggunakan mesin otomatis.
Untuk mengurangi kerugian pada saat panen usahakan untuk segera memanen padi karena bila usia padi terlalu tua biji padi akan rontok. Itulah proses budidaya tanaman padi yang cukup panjang, oleh karena itu kita harus menghargai makanan ini jangan membuangnya atau berlebih-lebihan dalam memasak sehingga terbuang. Selain itu jika banyak yang menanam tanaman ini sudah pasti Indonesia akan bisa surplus stok beras.
Rotan di Indonesia memiliki sejarah yang panjang, keberadaannya sendiri sudah berabad-abad lamanya. Jaman dahulu rotan dianggap sebagai barang mewah bermakna politis-ekonomis sehingga sering dibawa sebagai seserahan bagi raja di negeri seberang. Misalnya pemberian “sepikul rotan” di masa Sriwijaya kepada salah satu kerajaan di India, “baju perang rotan” yang menandai hubungan baik Majapahit-China, “rotan putih” yang menjadi pengikat kerajaaan-kerajaan di Semenanjung Sumatera (Pasai) di awal munculnya kerajaan Islam-India. Pada masa penjajahan, rotan telah menjadi komoditas dagang yang bernilai ekonomis tinggi. Buktinya, orang Belanda yang masuk ke wilayah Kerajaan Kutai mulai membeli rotan dengan cara barter terutama dengan bahan pokok, kain dan lain-lainnya.
Secara detail tulisan tentang sejarah perkembangan budidaya dan perdagangan rotan memang sangat minim ditemukan, namun narasumber yang dapat bercerita tentang rotan masih begitu banyak dan bisa dijumpai di desa/kampung. Di Kutai Barat contohnya, etnis yang membudidayakan rotan khususnya adalah etnis Kutai dan Dayak. Masyarakat Kutai dan Dayak banyak menggunakan rotan sebagai bahan pengikat bangunan rumah dan kebutuhan peralatan rumah tangga lainnya. Hal ini mendorong masyarakat menanam dan membudidayakan rotan sesuai dengan jenis-jenis yang memang sering dipakai seperti ; rotan Sega, Jahap, Seltup, Pulut Putih, Pulut Merah dan Manau.
Menurut catatan sejarah yang dibuat oleh K. Heyne dalam “De Nuttige Planten Van Indonesia”, disebutkan bahwa jenis rotan yang pertama kali dibudidayakan di Indonesia adalah jenis rotan Sega. Pembudidayaan dilakukan sebagai antisipasi kelangkaan rotan karena pada saat itu jenis rotan Sega semakin lama semakin sulit dicari apalagi letaknya makin jauh dari pinggir desa dan pinggir sungai. Kebun rotan yang pertama kali yang didirikan dan secara otomatis menjadi perintis dalam pembudidayaan rotan di Indonesia, terletak di wilayah sekitar desa Mengkatip dekat kota Buntok, dan daerah sekitar desa Dadahup, Kapuas, keduanya berada di Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan pembudidayaannya telah mulai dilakukan sekitar tahun 1850. Di daerah Palembang pembudidayaan rotan mulai dilakukan sejak tahun 1905. Saat itu terdapat banyak ladang-ladang bekas perladangan berpindah yang setelah dipanen lebih dari 2–3 kali menjadi tak subur lagi sehingga ditanami dengan tanaman karet dan tanaman rotan. Selain itu kawasan hutan negara masih luas dan penduduknya masih cenderung sedikit sehingga petani banyak membuka lahan baru untuk ditanami rotan.
Diketahuinya manfaat dan kegunaan rotan secara luas membuat rotan menjadi populer dan bernilai ekonomi tinggi sehingga menjadi salah satu sumber penghasilan bagi daerah-daerah penghasil rotan terutama di luar pulau Jawa seperti Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra. Rotan mulai diperdagangkan secara luas antar pulau bahkan antar negara sejak tahun 1918. Permintaan akan rotan terus meningkat dan sebanyak-banyaknya serta ada permintaan jenis baru sehingga jenis yang ditanam juga semakin banyak. Tingginya nilai jual rotan dan tingginya permintaan semakin mendorong para petani untuk membudidayakan rotan secara besar-besaran sampai pada tahun 1980-an. Waktu itu harga 1 kg rotan Sega senilai dengan 1 liter bensin atau 1 kg beras. Petani mengalami masa keemasan saat itu. Apalagi dengan tidak adanya komoditas yang mampu menyaingi rotan saat itu, rotan semakin merajai pasar.
Namun setelah tahun 1987 hingga sekarang harga rotan menjadi tidak sebanding lagi. Hal ini akibat dari ditutupnya keran ekspor rotan ke luar negri dan kebijakan Pemerintah tentang ekspor rotan yang berganti-ganti setiap berganti kepemimpinan dan cenderung menguntungkan pihak-pihak tertentu yang tentunya bukan petani. Rotan yang pernah mengalami masa keemasannya semoga saja tidak menjadi ‘tinggal sejarah’.

Jumat, 06 Mei 2016

Difinisi


Rattan (dari bahasa Melayu "rotan") adalah nama untuk sekitar 600 spesies pohon palm dari suku Calameae, asli daerah tropis Afrika, Asia dan Australasia.

Berasal dari bahasa melayu yang berarti nama dari sekumpulan jenis tanaman famili Palmae yang tumbuh memanjat yang disebut Lepidocaryodidae (Yunani = mencakup ukuran buah).

Dalam setruktur dunia tumbuh - tumbuhan termasuk dalam Divisio Spermatophyta, sub Diviasio angeospermae, class monocotyledonae, Ordo Spacadiciflorae, dan Famili Palmae. Sampai saat ini telah dikenal 15 Family yaitu Calamus, Daemonorops, Korthalsia, Plectocomia, Plectocomiopsis, Calopspatha, Bejaudia, Ceratolobus, Myrialepis, Bejaudia, Cornera, Eremospatha, Ancitrophylum, Oncocalamus dan Scizhopatha.

Umum
Pada umumnya pohon rotan tumbuh berbeda dari pohon palm lainya yang memiliki batang tanaman ramping, diameter 2-5 cm, dan ruas antar daunnya yang panjang, dan juga tanaman rotan ini tidak tumbuh sebagaimana pohon sebenarnya, akan tetapi seperti tanaman anggur yang tumbuh merambat diantara vegetasi tanaman lainnya. 
Data gambar diperoleh dari website
Pohon rotan tidak seperti bambu yang pada bagian tengahnya terdapat rongga antar buku - bukunya, batang pohon rotan (Mallaca) adalah padat tidak memilki rongga, dan merupakan spesies tanaman yang sangat membutuhkan dukungan struktural dan tidak bisa berdiri sendiri.

Namun, beberapa genera (misalnya Metroxylon, Pigafetta, Raphia) lebih seperti pohon palm yang khas, dengan lebih gemuk, batangnya tegak. Dan pohon tersebut memiliki duri yang bertindak sebagai alat kait untuk membantu memanjat tanaman lainnya dan mencegah pemangsa herbivora. Rotan telah diketahui dapat tumbuh hingga ratusan meter. Sebagian besar (70%) dari populasi rotan di dunia ada di Indonesia, didistribusikan di antara pulau - pulau Kalimantan, Sulawesi, dan Sumbawa. Sisa dari pasokan dunia berasal dari Filipina, Sri Lanka, Malaysia dan Bangladesh. Dan Indonesia memenuhi 80 % kebutuhan rotan dunia (terbesar). Dari 80 % rotan dunia tersebut, 90 % berasal dari hutan alam dan 10 % dari hasil budidaya.Luas areal yang ditumbuhi rotan sebesar 13,2 juta hektar dari 143 juta hektar hutan Indonesia (Inventarisasi Direktorat Jenderal Bina Produksi Kehutanan) yang tersebar di Kalimantan, Sulawesi, Sumatera dan Jawa. Indonesia memiliki 8 marga rotan yang terdiri dari 306 jenis. Dari 306 jenis ini 51 jenis diantaranya sudah dimanfaatkan.

Di Asia Tenggara terdapat kurang lebih 516 jenis yang berasal dari 8 genera, antara lain :

- Calamus sebanyak 333 jenis
- Daemonorops sebanyak 122 jenis
- Korthalsia sebanyak 30 jenis
- Plectocomia sebanyak 10 jenis
- Plectocomiopsis sebanyak 10 jenis
- Calopspatha sebanyak 2 jenis
- Bejaudia sebanyak 1 jenis
- Ceratolobus sebanyak 6 jenis


Dua diantaranya merupakan genera yang bernilai tinggi yaitu Calamus dan Daemonorops.
Dari seluruh kebutuhan rotan di pasaran terdapat 68 % rotan berdaimeter besar dan 32 % rotan berdiameter kecil.

Sifat Dasar Rotan
  1. Sifat Anatoni;Struktur anatomi batang rotan yang berhubungan dengan keawetan dan kekuatan antara lain besarnya ukuran pori dan tebalnya dinding sel serabut.Sel serabut merupakan komponen struktural yang memberikan kekuatan pada rotan. Dinding sel yang tebal membuat rotan menjadi lebih keras dan lebih berat.
  2. Sifat Kimia;Secara umum, komposisi kimia rotan terdiri dari: Holoselulosa (71 – 76 %), selulosa (39 – 56 %), Lignin (18 – 27 %) dan silika (0,54 – 8 %).Holoselulosa merupakan selulosa yang merupakan molekul gula linear berantai panjang.Selulosa berfungsi memberikan kekuatan tarik pada batang karena adanya ikatan kovalen yang kuat dalam cincin piranosa dan antar unit gula penyusun selulosa. Makin tinggi selulosa makin tinggi juga keteguhan lenturnya. Lignin adalah suatu polimer yang kompleks dengan berat molekul yang tinggi. Lignin berfungsi memberikan kekuatan pada batang. Makin tinggi lignin makin tinggi juga kekuatan rotan. Tanin dikategorikan sebagai “true artrigen” yang menimbulkan rasa sepat pada rotan. Tanin berfungsi sebagai penangkal pemangsa. Hasil purifikasi tanin digunakan sebagai bahan anti rayap dan jamur. Pati (karbohidrat), terkandung 70 % dan berat basah. Makin tinggi kadar pati makin rentan terhadap serangan bubuk rotan kering.
  3. Sifat Fisik;
    Sifat fisik dari rotan adalah sifat-sifat yang dapat diamati secara kasat mata.Sifat fisik rotan dapat dijelaskan secara singkat sebagai berikut:
    • Warna;
      Warna batang rotan selalu bervariasi tidak hanya pada jenisnya saja tetapi pada jenis yang sama juga.Rotan yang baik dan berkualitas adalah batang rotan yang berwarna hijau daun pada saat masih hidup, hal ini menandai bahwa rotan tersebut sudah masak tebang. Batang rotan yang berwarna hijau daun akan berubah menjadi putih setelah selaput silikanya terkelupas dan akan makin putih setelah ada proses pemutihan (bleaching).Yang dimaksud dengan warna rotan adalah warna setelah dicuci atau dirunti atau diasapi dengan belerang dan belum mendapat perlakuan pemutihan.Pada umumnya rotan berwarna kuning langsat atau kuning keputih-putihan kecuali beberapa jenis seperti Rotan Semambu (coklat kuning) dan Rotan Buyung (kecoklat-coklatan).Selain warna kulit, perlu diperhatikan juga warna hatinya. Seperti Rotan Umbulu (putih bersih) dan Rotan Tohiti (keabu-abuan).
    • Kilap;
      Kilap dan suram dapat memberikan ciri yang khusus dari suatu jenis rotan serta dapat menambah keindahan dari rotan tersebut.Kilap rotan tergantung pada struktur anatomi, kandungan zat ekstraktif, sudut datangnya sinar, kandungan air, lemak dan minyak. Makin tinggi kadar air maka makin suram, makin tinggi lemak dan minyak maka makin suram.
    • Bau dan Rasa;
      Menggambarkan kesegaran dari rotan tersebut, pada rotan segar bau dan rasa tidak mencolok.
    • Berat;
      Berat rotan tergantung pada kandungan air, zat ekstraktif dan zat infiltrasi dalam rotan.
      Kadar air dapat dikurangi dengan proses pengeringan yang mampu mengurangi dari 40 – 60 % menjadi titik jenuh serat (15 – 30 %).
    • Kekerasan;
      Menunjukkan bahwa batang rotan mampu menahan tekanan/gaya tertentu.
      Sifat ini dipengaruhi oleh kadar air, umur saat dipungut, posisi batang yang digunakan (pangkal, tengah, ujung).
    • Diameter;
      Diameter rotan dibagi menjadi 2 (dua), yaitu :
      Berdiameter kecil, rotan yang berdiameter kurang dari 18 mm, seperti Rotan Sega, Irit/Jahab, Jermasin, Pulut Putih, Pulut Merah, Lilin, Lacak, Manau Padi, Datuk Merah, Sega Air, Ronti, Sabut, Batu, Tapah, Paku dan Pandan Wangi.
      Berdiameter besar, rotan yang berdiameter l8 mm atau lebih, seperti Rotan Manau, Batang, Mantang, Cucor, Semambu, Wilatung, Dahan, Tohiti, Seel, Balukbuk, Bidai, Buwai, Bambu, Kalapa, Tiga Juru, Minong, Umbulu, Telang dan Lambang.
    • Keselinderisan;Kesilindrisan dapat diperoleh dengan perbandingan antara diameter rata-rata pangkal ruas dengan diameter rata-rata ujung ruas.
    • Ruas;Ruas adalah bagian rotan yang terletak diantara dua buku.
      Panjangnya ruas dapat digolongkan menjadi 3 (tiga) golongan, yaitu :
      Ruas Pendek (< | = 40 cm) Ruas Panjang  (> 40 cm)
    • Buku;Buku rotan dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu :
      - Buku Menonjol
      - Buku Agak Menonjol
      - Buku Tidak Menonjol
    • Selaput Silika;
      Hampir semua jenis rotan memiliki lapisan silika yang membalut kulit luarnya, ada yang spesifik dan tebal seperti Rotan Sega, Jermasin, Irit/Jahab, Buyung. Lapisan silika menampilkan kilap, pekerjaan mengeluarkan lapisan silika disebut “Runti”.
    • Parut Buaya;
      Parut buaya terlihat seolah-olah bekas parut yang menggores kulit kearah transversal.
      Selain parut buaya ada pula sifat fisik berupa getah. Rotan yang mengandung getah antara lain Rotan Getah/Sepat, Lacak, Jernang, dan Jermasin.
  4. Sifat Struktur;Sifat struktur dari rotan belum banyak diketahui karena belum ada penelitian khusus terhadap sifat-sifat struktur tersebut.Yang dapat digunakan sebagai petunjuk identifikasi adalah pori. Pori rotan sangat sederhana dan dibedakan dalam beberapa bagian antara lain :
    - Ukuran
    - Bentuk
    - Susunan
  5. Sifat Mekanis;
    Sifat mekanis rotan berkaitan dengan kemampuan menahan gaya dari luar, antara lain :
    • Keteguhan Tekan, Patah, Kekakuan dan Keuletan;
      Keteguhan Tekan adalah ketahanan terhadap kekuatan yang cenderung menghancurkan.
      Keteguhan Patah adalah ketahanan terhadap kekuatan yang akan mematahkan.
      Kekakuan adalah kemampuan untuk mempertahankan bentuk bila dilengkungkan.
      Keuletan adalah kemampuan rotan untuk menahan kekuatan yang terjadi secara tiba-tiba dalam waktu yang singkat.
    • Keteguhan Tarik;
      Keteguhan tarik adalah kemampuan rotan untuk menahan gaya yang cenderung memisahkan bagian-bagian dari rotan.
    • Keteguhan Geser;
      Keteguhan geser adalah ketahanan terhadap gaya yang menggeser rotan.
    • Keteguhan Belah;
      Keteguhan belah adalah ketahanan terhadap gaya yang membelah rotan
    • Keawetan dan Keterawetan;
      Keawetan adalah daya tahan sesuatu jenis rotan terhadap berbagai faktor perusak rotan, tetapi biasanya yang dimaksud adalah daya tahan terhadap faktor biologis yang disebabkan oleh organisme perusak rotan yaitu jamur dan serangga.
      Keterawetan adalah mudah atau tidaknya jenis rotan tersebut ditembus bahan pengawet jika diawetkan dengan proses tertentu sehingga rotan yang sudah diawetkan dengan suatu bahan kimia (pengawet) tahan terhadap serangan organisme perusak sehingga rotan tersebut awet.
Pengolahan 

Di dalam hutan dimana rotan tumbuh, nilai ekonominya dapat membantu melindungi lahan hutan, dengan menyediakan alternatif bahan pengganti kayu  tropis bagi para penebang. Pohon rotan jauh lebih mudah untuk panen, membutuhkan alat-alat sederhana dan jauh lebih mudah untuk transportasi. Hal lainnya yang sangat penting adalah rotan ini juga tumbuh jauh lebih cepat dari kayu yang paling tropis. Hal ini membuat rotan sebagai tanaman potensial dalam membantu pemeliharaan hutan.


Data gambar diperoleh dari web

Umumnya, rotan mentah diolah menjadi beberapa produk untuk digunakan sebagai bahan dalam pembuatan mebel . Berbagai spesies dari berbagai jenis rotan dari diameter beberapa milimeter sampai dengan 5-7 cm dapat dimanfaatkan unukpembuatan mebel. Sebatang rotan, biasanya kulit dikelupas menggunakan sebuh alat kusus seperti pisau, yang akan digunakan sebagai bahan menganam wibing. "Inti bagian dalam dari bahan rotan" yang tersisa dari rotan dapat digunakan juga untuk berbagai keperluan dalam pembuatan mebel. Rotan merupakan bahan yang sangat baik terutama karena ringan, tahan lama, dan - sampai batas tertentu - fleksibel.

Rotan yang dipanen adalah rotan yang masak tebang dengan ciri-ciri bagian bawah batang sudah tidak tertutup lagi oleh daun kelopak atau selundang, sebagian daun sudah mengering, duri dan daun kelopak sudah rontok.

Pemanenan dilakukan dengan memotong pangkal rotan dengan pengaitnya setinggi 10 sampai 50 cm. Dengan pengait, rotan ditarik agar terlepas dari pohon penopangnya. Rotan dibersihkan dari daun dan duri serta dipotong-potong menurut ukuran yang diinginkan. Kemudian diangkut ke tempat pengumpulan sementara atau ke tempat penumpukkan rotan dengan memikul, menggunakan perahu/sampan atau menggunakan bantuan tenaga kuda.

Masalah lingkungan

Pohon rotan dapat terancam karena eksploitasi yang berlebihan, terutama dengan memanen / memotong batang pohon yang masih terlalu muda hal ini akan mengurangi kemampuan mereka untuk berkembang biak dan pada akhirnya akan mengakibatkan degradasi hutan yang mempengaruhi ekosistem hutan secara keseluruhan. Dan faktor yang paling mempengaruhi perkembang biakan tanaman rotan adalah eksploitasi / penebangan pohon keras sebagai vegetasi yang membantu tumbuhnya pohon rotan.


Data gambar diperoleh dari web

Pengolahan bahan rotan juga dapat mencemari lingkungan. Penggunaan bahan kimia beracun dan bensin dalam pengolahan rotan mempengaruhi sumber daya tanah, udara dan air, dan juga pada akhirnya kesehatan masyarakat. Sementara itu, cara konvensional produksi rotan mengancam pasokan jangka panjang tanaman, dan pendapatan pekerja.


Data Gambar diperoleh dari web

Dalam pemanenan biasanya terjadi adanya limbah, besarnya limbah pada saat pemanenan rotan adalah berbeda pada setiap tipe kegiatan pemanenan, yaitu :
  • Pemanenan secara tradisional limbah sebesar 12,6 – 28,5 %
  • Pemanenan dengan bantuan tirfor dan lir limbah sebesar 4,1 – 11,1 %
  • Pada saat pengangkutan besarnya limbah sebesar 5 – 10 %.

Kamis, 05 Mei 2016


Warga Desa Babai, Petani rotan di kabupaten Barito Selatan, Kalimantan Tengah mengharapkan pemerintah pusat membuka kembali "kran" ekspor bahan baku rotan untuk membantu petani rotan di daerah tersebut.

"Dengan dibukanya kembali kran ekspor rotan itu, maka harga rotan di tingkat petani akan meningkat, dan masyarakat budidaya rotan di daerah ini dapat menikmati harga rotan seperti dulu," kata seorang pemilik kebun rotan Sugianor di desa Babai, Rabu.

Dia mengatakan, harga jual rotan per kuintalnya saat ini jauh turun dibandingkan sebelum pemberlakuan larangan ekspor rotan beberapa tahun lalu. Sebelumbya, harga rotan berkisar antara Rp210 ribu hingga Rp 240 ribu per kuintalnya, sedangkan saat ini hanya Rp150 ribu/kuintal, ucapnyaa.

Sugianor mengatakan, akibat turunnya harga jual rotan itu juga berimbas pada anjloknya perekonomian masyarakat, terutama para petani rotan di wilayah Kalteng khususnya di Barsel.

"Dalam satu hari seorang petani hanya mampu memotong rotan di kebun budidaya sebanyak 50 hingga 70 kg dan dengan anjloknya harga, tentu tidak mencukupi untuk memenuhi keperluan hidup sehari-hari," kkata dia.

Menurut dia, kalau kebun rotan tersebut milik petani itu sendiri. Kalau kebun rotannya yang dipotong itu milik orang lain, tentu hasilnya akan dibagi dua dengan pemilik kebun.


Padahal hasil rotan khususnya di Barsel melimpah dan kalau para pengusaha meubel menginginkan agar kebutuhan bahan baku mereka tercukupi dipersilahkan datang ke Kalimantan dan tidak perlu adanya pelarangan ekspor rotan.

"Pengusaha rotan Kalimantan siap menyediakan bahan baku rotan asalkan harganya sesuai dan tidak menyengsarakan masyarakat seperti sekarang ini.

Semoga pemerintah memberi jalan untuk para petani rotan di desa babai.
PEMBIBITAN
Ada beberapa tahapan untuk menanam padi maupun budidaya padi, langkah-langkanh tersebut perlu kita lakukan untuk mendapat hasil yang maksimal. Sebelum  ditanam, tanaman padi harus disemaikan lebih dahulu. Pesemaian itu harus disiapkan dan dikerjakan dengan baik, maksudnya agar diperoleh bibit yang baik, sehingga pertumbuhannya akan baik pula. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan persemaian sebagai berikut:

A.    Memilih Tempat Pesemaian 
Tempat untuk membuat pesemaian merupakan syarat yang harus diperhatikan agar diperoleh bibit yang baik.
  • Tananya harus yang subur, banyak mengandung humus, dan gembur.
  • Tanah itu harus tanah yang terbuka, tidak terlindung oleh pepohonan, sehingga sinar matahari dapat diterima dan dipergunakan sepenuhnya.
  • Dekat dengan sumber air terutama untuk pesemaian basah, sebab pesemaian banyak membutuhkan air. Sedanggkan pesemaian kering dimaksudkan mudah mendapatkan air untuk menyirami apabila persemaian itu mengalami kekeringan.
  • Apabila areal yang akan ditanami cukup luas sebaiknya tempat pembuatan pesemaian tidak berkumpul menjadi satu tempat tetapi dibuat memencar. Hal itu untuk menghemat biaya atau tenaga pengangkutannya.

B.    Mengerjakan Tanah Untuk Pesemaian 
Tanah pesemaian harus mulai dikerjakan kurang lebih 50 hari sebelum penanaman. Karena adanya dua jenis padi, yaitu padi basah dan ppadi kering, maka tanah pesemaian juga dapat dibedakan atas pesemaian basah dan pesemaian kering.

•    Pesemaian Basah
Dalam membuat pesemaian basah harus dipilih tanah sawah yang betul-betul subur. Rumput-rumput dan jerami yang masih tertinggal harus dibeersihkan lebih dulu. Kemudian sawah digenangi air, maksud digenagi air ini agar tanag menjadi klunak, rumpput-rumputan yang akan tumbuh  menjadi mati, dan bermacam-macam serngga yang dapat merusak bibit mmati pula.

Selanjutnya, apabila tanah sudah cukup lunak lalau dibajak/digaru dua kali atau tanah menjadi halus. Pada saat itu juga sekaligus dibuat petakan-petakan dan memperbaiki pematang. Sebagai ukuran dsar luas pesemaian yang harus dibuat kurang lebih 1/20 dari araeal sawa yang akan ditanamai. Jadi apabila sawwah yang akan ditanami seluas 1Ha, maka luas pesemaian yang harus dibuat adalah 1/20 x 10.000 m² = 500 m². Adapun biji   yang dibutuhkan adalah kurang lebih 75 gram biji setiap 1 m², atau sebanyak kurang lebih 40 kg.

•    Pesemaian Kering
Prinsip pembuatan pesemaian kering sama dengan pesemaian basah. Rumpu-rumput dan sisa-sisa jerami yang ada harus dibersihkan terlebih dahulu. Tanah dibolak-balik  dengan bajak dan digaru, atau bisa dan halus. juga memakai cangkul yang terpenting tanah menjadi gembur.
Setelah tanaha menjadi halus, diratakan dan dibuat bedenganbedengan. Adapun ukuran bedengan sebagai berikut :  Tinggi 20 cm, lebar 120 cm, panjang 500-600 cm.

Antara bedengan yang satu dengan yang lain diberi jarak 30 cm sebagai selokan yang dapat digunakan untuk memudahkan : Penaburan biji, pengairan, pemupukan, penyemprotan hama, penyiangan, dan pencabutan bibit.

C.    Penaburan Biji

Untuk memilih biji-biji yang bernas dan tidak, biji harus direndam dalam air. Biji-biji yang bernas akan tenggelam sedangkan yang biji-biji yang hampa akan terapung. Dan biji-biji yang terapaung bisa dibuang. Maksud perendaman selain memilih biji yang bernas, biji juga agar cepat berkecambah. Lama perendaman cukup 24 jam, kemudian bijhi diambil dari rendaman lalu di peram dibungkus memakai daun pisang dan karung. Pemeraman dibiarkan selama 8 jam.

Apabila biji sudah berkecambah dengan panjang 1 mm, maka biji disebar ditempat pesemaian. Diusahakan agar penyebaran biji merata, tidak terlalu rapat dan tidak terlalu jarang. Apabila penyebarannya terlalu rapat akan mengakibatkan benih yang tumbuh kecil-kecil dan lemah, tetapi penyebaran yang terlalu jarang biasanya menyebabkan tumbuh benih tidak merata.raan

budidaya, menanam, panduan, padi

D.    Pemeliharaan Pesemaian

•    Pengairan
Pada pesemaian basah, begitu biji ditaburkan terus digenangi air selama 24 jam, baru dikeringkan. Genangan air dimaksudkan agar biji yang disebar tidak berkelompok-kelompok sehingga dapat merata. Adapun pengeringan setelah penggenangan selama 24 jam itu dimaksudkan agar biji tidak membusuk dan mempercepat pertumbuhaan.

Pada pesemaian kering, pengairan dilakukan dengan air rembesan. Air dimasukan dalam selokan antara bedengan-bedengan, sehingga bedengan akan terus-menerus mendapatkan air dan benih akan tumbuh tanpa mengalami kekeringan. Apabila benih sudah cukup besar, penggenangan dilakukan dengan melihat keadaan. Pada bedengan pesemaian bila banyak ditumbuhi rumput, perlu digenagi aiar. Apabila pada pesemaian tidak ditumbuhi rumput, maka penggenangan air hanya kalau memerlukan saja.

•    Pengobatan
Untuk menjaga kemungkinan serangan penyakit, pesemaian perlu disemprot dengan Insektisida 2 kali, yaitu 10 hari setelah penaburan dan sesudah pesemaian berumur 17 hari.
•    Pemupukan

PENGOLAHAN TANAH

A.    Cara Mengolah Tanah
Pengolahan tanah untuk penanaman padi harus sudah disiapkan sejak dua bulan penanaman. Pelaksanaanya dapat dilakukan dengan dua macam cara yaitu dengan cara tradisional dan cara modern.

•    Pengolahan tanah sawah dengan cara tradisional, yaitu pengolahan tanah sawa dengan alat-alat sederhana seperti sabit, cangkul, bajak dan garu yang semuaya dilakukan oleh nusia atau dibantu ooleh binatang misalnya, kerbau dan sapi.
•    Pengolahan tanah sawah dengan cara modern yaitu pengolahaan tanah sawa yang dilaukan dengan mesin. Dengan traktor dan alat-alat pengolahan tanah yang serba dapat kerja sendiri.

1.    Pembersihan

Sebelum tanah sawa dicangkul harus dibersihkan lebih dahulu dari jerami-jerami atau rumput-rumput yang ada. Dikumpulkan di satu tempat atau dijadikan kompos. Sebaiknya jangan dibakar, sebab pembakaran jerami itu akan menghilangkan zat nitrogen yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman.

2.    Pencangkulan
Sawah yang akan dicangkul harus digenagi air terlebih dahulu agar tanah menjjadi lunak dan rumput-rumputnya cepat membusuk. Pekerjaan pencangkulan ini dilanjutkan pula dengan perbaikan pematang-pematang yang bocor.

3.    Pembajakan
Sebelum pembajakan, sawah sawah harus digenangi air lebih dahulu. Pembajakan dimulai dari tepi atau dari tengah petakan sawah yang dalamnya antara 12-20 cm. tujuan pembajakan adalah mematikan dan membenamkan rumput, dan membenamkan bahan-bahan organis seperti : pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos sehingga bercampur dengan tanah. Selesai pembajakan sawah digenagi air lagi selama 5-7 hari untuk mempercepat pembusukan sisa-sisa tanaman dan melunakan bongkahan-bongkahan tanah.

4.    Penggaruan

Pada waktu sawah akan digaru genangan air dikurangi. Sehingga cukup hanyya untuk membasahi bongkahan-bongkahan tanah saja. Penggaruan dilakukan berrulang-ulang sehingga sisa-sisa rumput terbenam dan mengurangi perembesan air ke bawah.

Setelah penggaruan pertama selesai, sawah digenagi air lagi selama 7-10 hari, selang beberapa hari diadakan pembajakan yyang kedua. Tujusnnya yaitu: meratakan tanah, meratakan pupuk dasar yang dibenamkan, dan pelumpuran agar menjadi lebih sempurna.

PENANAMAN

A.    Pemilihan Bibit
Pekerjaan penanaman didahului dengan pekerjaan pencabutan bibit di pesemaian. Bibit yang akan dicabut adalah bibit yang sudah berumur 25-40 hari (tergantung jenisnya), berdaun 5-7 helai. Sebelum pesemaian 2 atau 3 hari tanah digenangi air agar tanah menjadi lunak dan memudahkan pencabutan.

Caranya, 5 sampai 10 batang bibit kita pegang menjadi satu kemudian ditarik ke arah badan kita, usahakan batangnya jangan sampai putus. Ciri-ciri bibit yang baik antara lain:
•    Umurnya tidak lebih dari 40 hari
•    Tingginya kurang lebih dari 40 hari
•    Tingginya kurang lebih 25 cm
•    Berdaun 5-7 helai
•    Batangnya besar dan kuat
•    Bebas dari hama dan penyakit

Bibit yang telah dicabut lalu diikat dalam satu ikatan besar untuk memudahkan pengangkutan. Bibit yang sudah dicabut harus segera ditanam, jangan sampai bermalam.
Penanaman padi yang baik harus menggunakan larikan ke kanan dank e kiri dengan jjarak 20 x 20 cm, hal ini untuk memudahkan pemeliharaan, baik penyiangan atau pemupukan dan memungkinkan setiap tanaman memperoleh sinar matahari yang cukup dan zat-zat makanan secara merata.

Dengan berjalan mundur tangan kiri memegang bibit, tangan kanan menanam, tiap lubang 2 atau 3 batang bibit, dalamnya kira-kira3 atau 4 cm. usahakan penanaman tegak lurus jangan sampai miring.
Usahakan penanaman bibit tidak terlalu dalam ataupun terlalu dangkal. Bibit yang ditanam terlalu dalam akan menghambat pertumbuhan akar dan anakannya sedikit. 

Bibit yang ditanam terlalu dangkal akan menyebabkan mudah reba atau hanyut oleh aliran air. Dengan demiikian jelas bahwa penanaman bibit yang terlalu dalam maupun terlalu dangkal akan berpengaruh pada hasil produksi.

PEMELIHARAAN

A.    Pengairan
Air merupakan syarat mutlak bagi pertumbuhan tanaman padi sawah. Masalah pengairan bagi tanaman padi sawah merupakan salah satu factor penting yang harus mendapat perhatian penuh demi mendapat hasil panen yang akan datang.

Air yang dipergunakan untuk pengairan padi di sawah adalah air yang berasal dari sungai, sebab air sungai banyak mengandung lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna untuk menambah kesuburan tanah dan tanaman. Air yang berasal dari mata air kurang baik untuk pengairan sawah, sebab air itu jernih, tidak mengandung lumpur dan kotoran.

Memasukan air kedalam sawahdapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

Air yang dimasukan ke petakan-petakan sawah adalah air yang berasal dari saluran sekunder. Air dimasukan ke petakan sawah melalui saluran pemasukan, dengan menghentikan lebih dahulu air pada saluran sekunder.

Untuk menjaga agar genangan air didalam petakan sawah itu tetap, jangan lupa dibuat pula lubang pembuangan. Lubang pemasukan dan lubang pembuangan tidak boleh dibuat lurus.
Hal ini dimaksudkan agar ada pengendapan lumpur dan kotoran-kotoran yang sangat berguna bagi pertumbuhan tanaman. Apabila lubang pemasukan dan lubang pembuangan itu dibuat luru, maka air akan terus mengalir tanpa adanya pengendapan.

Pada waktu mengairi tanaman padi di sawah, dalamnya air harus diperhatikan dan disesuaikan dengan umur tanaman tersebut. Kedalaman air hendaknya diatur dengan cara sebagai berikut:
  • Tanaman yang berumur 0-8 hari dalamnya air cukup 5 cm.
  • Tanaman yang berumur 8-45 hari dalamnya air dapat ditambah hingga 10-20 cm.
  • Tanaman padi yang sudah membentuk bulir dan mulai menguning dalamnya air dapat ditambah hingga 25 cm. setelah itu dikurangi sedikit demi sedikit.
  • Sepuluh hari sebelum panen sawah dikeringkan sama sekali. Agar padi dapat masak bersama-sama.

B.    Penyiangan dan Penyulaman
Setelah penanaman, Apabila tanaman padi ada yang mati harus segera diganti (disulam). Tanaman sulam itu dapat menyamai yang lain, apabila penggantian bibit baru jangan sampai lewat 10 hhari sesudah tanam.

Selain penyulaman yang perlu dilakukan adalah penyiangan agar rumput-rumput liar yang tumbuh di sekitar tanaman padi tidak bertumbuh banyak dan mengambil zat-zat makanan yang dibutuhkan ttanaman padi. Penyiangan dilakukan dua kali yang pertama setelah padi berumur 3 minggu dan yang kedua setelah padi berumur 6 minggu.

C.    Pemupukan

Pemupukan bertujuan untuk menambah zat-zat dan unsur-unsur makanan yang dibutuhkan oleh tanaman di dalam tanah. Untuk tanaman padi, pupuk yang digunakan antara lain:

1.    Pupuk alam, sebagai pupuk dasar yang diberikan 7-10 hari sebelum tanaman dapat digunakan pupuk-pupuk alam, misalnya: pupuk hijau, pupuk kandang, dan kompos. Banyyaknya kira-kira 10 ton / ha.

2.    Pupuk buatan diberikan sesudah tanam, misalnya: ZA/Urea, DS/TS, dan ZK. Adapun manfaat pupuk tersebut sebagai berikut:
  • ZA/Urea : menyuburkan tanah, mempercepat tumbuhnya anakan, mempercepat tumbuhnya tanaman, dan menambah besarnya gabah.
  • DS/TS : mempercepat tumbuhnya tanaman, merangsang pembungaan dan pembentukan buah, mempercepat panen.
  • ZK : memberikan ketahanan tanaman terhadap hama / penyakit, dan mempercepat pembuatan zat pati.

D.    Pemberantasan Hama / Penyakit

  • Burung, banyak yang menyerang padi sedang menguning, gunakan benda-benda untuk menghalaunya.
  • Walang sangit, penyerangan dilakukan saat padi masih muda, walang sangit dapat diberantas dengan disemprot menggunakab DDT atau disuluh (dipasang lampu).
  • Tikus, hewan yang satu ini dapat merugikan petani dengan jumlah besar kerena mereka dapat merusak areal yang cukup luas dengan waktu yang tidak lama. Tikus dapat diberantas dengan gropyokan atau dengan member umpan yang berupa ketela,  jagung dan sebagainya yang dicampur dengan phospit.
  • Ulat serangga, serangga-serang itu bertelur pada daun, apabila menetas ulatnya merusak batang dan daun. Cara pemberantasannya harus disemprot dengan obat-obat insektisida, misalnya : DDT, Aldrin, Endrin, Diazinon dan sebagainya.

Mengenai Saya

Foto saya
Desa Babai, Kalimantan Tengah, Indonesia

Popular Posts

Recent Posts

Buku Tamu


Mau buat buku tamu ini ?
Klik di sini
Diberdayakan oleh Blogger.
    WidgetBlog desa babai